Selasa, Mei 31, 2011

Surat Terakhir Untuk Mantan Pacarku

Surat Terakhir Untuk Mantan Pacarku
Karya : Alumnus University Of Attaqwa Al-islamiyah
 
tentang-pernikahan.com - Untuk mantan pacarku yang disayangi Allah

Puji dan syukur hanya dan milik Allah swt semata,
sholawat seiring salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan dan idola kita semua yaitu Nabi
besar Muhammad SAW. dan tak henti-hentinya aku
berdoa semoga apa-apa yg tengah dan akan kita
lakukan selalu dalam pengampunan-Nya yang mendapat
ridho setra selalu dalam naungan rahman dan
rahinNya.

sebelummya aku minta maaf apabila selama ini mungkin
kata-kataku baik pada waktu di telpon atau dirumahmu
telah menyinggung perasaanmu, sebenarnya aku ingin
ngomong banyak sekali tetapi entah aku tak tahu pada
waktu kata-kataku sudah siap aku lontarkan
didepanmu, kata-kata ini hilang tak karuan begitu
saja setiap kali seperti ini dalam fikiranku selalu
terlintas kata-kata, "apa yang sudah kamu lakukan
itu telah menghalangi hak-haknya,
jangan...jangan...urungkan saja niatmu!"

Kemudian setelah lama aku yakinkan, aku sadar bahwa
setiap muslim satu dengan yang lain adalah seperti
satu tubuh yang saling sambung menyambung dan tak
akan pernah dilepaskan. Sungguh aku yg hanya sebagai
mantan pacar, tiada niat dalam hati 'n' selain tiada
kerelaanku jika seseorang yang pernah namanya
bersemayam dalam dihatiku masih terjerat dalam
lingkaran-lingkaran syaiton, tahukah engkau hati ini
terasa ngilu dan sakit jika aku mengingat akan hal
itu, maka dari itu aku luangkan waktu untuk
mengungkapkan isi hatiku, untuk itu aku mohon
kesedianmu untuk membaca dan lebih-lebih engkau mau
meresapi dan memahami kata-kataku berikut ini

[jangan didelete dulu , suratnya puanjang]

Mantan pacarku, engkau adalah kaum yang terhormat
seperti halnya Ibuku dan saudara-saudara
perempuanku. Kau adalah tiang negara ini yangmana... dengan akhlakmu, engkau dapat menghancurkan
dan mengokohkan negara ini. Engkau adalah pendidik
masa depan yang selalu mejadi harapan bangsa dan
agama kita yaitu Islam yang telah meninggikan
derajat dan memuliakan kedudukanmu. Agama yg lurus
ini juga telah mewajibkan kaum hawa untuk menutup
aurat agar supaya terjaga kehormatan dan kesucianmu
sehingga engkau tidak diganggu oleh orang-orang yang
ingin menodai kesucianmu.

Mantan pacarku......, Engkau adalah makhluk Allah
yang mulia, yang diciptakan dengan segala keindahan,
bagai bunga yang harum semerbak yang selalu
mengundang banyak kumbang untuk selalu mendekat
seperti sebuah ungkapan : "dunia adalah perhiasan
dan seindah-indahnya perhiasan adalah wanita
salihah". Untuk itulah keindahanmu hanya pantas
dimiliki seseorang yang telah dihalalkan oleh Allah
untukmu lewat syariatNya yang suci dan akan selalu
menjaga kesucian dan kehormatanmu.

Ukhti...., Engkau seharusnya tidak boleh dilihat
sembarang mata, tak boleh disentuh oleh sembarang
tangan, tak boleh diajak dan dibawa bermain
sembarang laki-laki. Sungguh hati kecilku ini
sebenarnya tidak pernah terima jika engkau tidak
diperlakukan secara sewajarnya sebagai seorang
muslimah, karena kau adalah saudaraku di jalan Allah
yang harus terjaga kesuciannya agar wanginya tetap
semerbak.

Mantan pacarku yang diridhoi Allah. cintaKu sekarang
hanya milik Allah, RosulNya dan agamaNya. Telah
dituntunnya kita dalam syariatnya yang amat sangat
lengkap tentang kehidupan ini, tentang bagaimana
kita harus bergaul, bermasyarakat, dll. Seperti
halnya... "Berlalulah masa dari hari ke hari sedang
dosa kita terus menumpuk dan kemuadian datanglah
utusan maut. Sedang hati kita dalam keadaan lengah.
Dan sesungguhnnya kenikmatan dunia hanyalah tipuan
dan penyesalan serta kemegahan dunia hanyalah
kemustahilan dan kebatilan."

....sungguh apabila mau bercermin pada ayat diatas,
rasanya sangat tidak pantas kalau kita maupun
saudara-saudara kita masih memelihara cinta semu
yang hakikatnya adalah luapan nafsu yang selalu
ditunggangi oleh musuh kita "Sayton La'natullah".
kita hanya boleh mencintai sebagai saudara dalam
Islam, saling menyayangi hanya karena ikatan aqidah
yang bersih dan ukhuwah kita. Seiring sejalan untuk
tetap istiqomah didalam aturanNYa, tentu dengan
cara-cara yg diridhoi Allah.

Saudaraku... mungkin untuk itu tidak ada salahnya
kalau kita mau berfikir sedikit lebih tenang, lebih
dewasa dan berpikir jauh kedepan. Mari kita
jernihkan fikiran, mensucikan hati, jauhkan
kebencian dan dahulukan cinta. Dengan demikian aku
yakin kita bisa menatap kebaikan dengan hati yang
lapang, tenang dan damai.

Saudaraku terlalu panjang sudah suratku untukmu,
semoga Allah mangampuni dosaku dan dosamu serta dosa
saudara-saudara kita semua yang selama ini masih
selalu menyalahi Syariat-Nya karena kita telah
merajut benang-benang kasih Sayitoni dalam
kebersamaan kita. Maka dari itu marilah kita
sama-sama bertekad untuk menyemai benih-benih cinta
kita dilahan yang telah disediakan Allah untuk kita.
Marilah kita tumbuhkan dan kita pupuk rasa cinta
kita hanya untuk kekasih abadi kita yaitu Allah swt
yang selalu membelai kita dengan Rahman dan RahimNya
agar kita selalu siap untuk berjihad di jalanNya.

Oh...ya...mungkin perlu ukhti ketahui bahwa surat
ini kutulis untukmu bukannya aku sekarang sudah
tidak mencintaimu lagi atau aku takut sama ortu,
atau aku sudah mendapat penggantimu, ...tidak sama
sekali tidak!

Tetapi hidayah dariNya yang membuatku jadi begini.
Aku berharap semoga hidayah yang amat mahal dan
terindah ini dapat terus kita jaga dan kita
pertahankan keberadaannya. Aku berlindung kepada
Allah dari segala bujuk rayu syaiton dan
kerabat-kerabatnya.

Aku mohon maaf atas segala kekhilafan yang pernah
aku lakukan terhadapmu dan semoga yang maha kuasa
mau menerima taubatku dan taubatmu, amin.....
seperti dalam firman Allah "setiap anak adam pasti
bersalah dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah
mereka yang lekas-lekas menyadari kesalahannya untuk
bertaubat".


TIADA MASA YANG INDAH SELAIN MASA REMAJA
TIADA REMAJA YANG PALING MULIA SELAIN REMAJA YANG
BERTAQWA

source : alumnus University of Attaqwa Al-Islamiyah



Helmet SNI gaya baru

Senin, Mei 30, 2011

Sepakbola dan Kebanggaan


“Kami datang menemani sesuatu yang kami banggakan, siap membela mereka dan mati karenanya!” ujar Damien Donohue lelaki asal Inggris yang belakangan tinggal di Bangkok. Inilah era yang disebut oleh banyak pencinta Sepakbola Inggris sebagai masa terbaik mereka. Fanatisme, perkelahian, minuman keras dan segala bentuk provokasi adalah bagian dari kehidupan Sepakbola itu “Dulu nonton bola ya nonton bola, datang dari rumah bersama kawan dan seketika memutuskan untuk berangkat ke Stadion,” kenang Antony Sutton seorang gunners yang kini tinggal di Tangerang, teman baik saya, salah satu sumber kisah Sepakbola Inggris…..dan pencinta Sepakbola Indonesia “Karena Sepakbola kalian masih murni seperti Sepakbola kami dulu.”
Saya memahami benar kalimat Antony, saya selalu meresponnya dengan gabungan rasa senang dan sedih. Saya senang karena kita begitu mencintai permainan luar biasa ini, permainan yang bisa membuat lelaki meneteskan air mata di dalam maupun luar lapangan, permainan terindah yang pernah diturunkan Tuhan untuk kita mainkan dan cintai bersama. Kita memiliki fanatisme luar biasa yang kedahsyatannya saya berani katakannya kini telah mampu melampaui beberapa negara utama Sepakbola di Eropa.
“Tak perlu mereka pergi ke St Pauli untuk melihat apa itu fanatisme, cukup nonton Persib lawan Arema semalam dan lihat apa yang terjadi!” tulis Andreas Marbun dalam pesannya di blackberry yang saya tangkap sebagai kegeraman pencinta Sepakbola Indonesia pada mereka yang terus memuja Sepakbola Eropa dan fanatismenya diatas apa yang negerinya sendiri tunjukkan
Di saat yang bersamaan, saya merasa sedih pada akibat dari fanatisme itu. Pada betapa brengseknya kehidupan kita saat ini. Lapangan pekerjaan yang kian sulit, jurang kaya dan miskin yang semakin dalam, perkelahian politik terjadi nyaris tiap hari yang kekerasannya bisa kita saksikan di televisi, korupsi yang katanya berkurang di level atas tapi terus terjadi di level tengah sampai bawah. Segala kejayaan yang dirancang oleh Orde Baru nyatanya hanyalah barisan hutang yang takkan terbayar oleh generasi ini. Kekayaan minyak, batu bara, gas, nikel sampai emas yang disebut sebagai kekayaan alam milik kita itu nyatanya dimiliki oleh asing.
Indonesia yang tampak berjaya di masa lalu secara ekonomi, mampu menyelenggarakan Asian Games saat banyak negara Asia masih sibuk bebenah baru merdeka dan dirancang untuk jadi negara maju di tahun 1999 nungging luar biasa sampai nyaris tak terlihat lagi ujung kepalanya.
Seperti di Inggris berpuluh tahun lalu Sepakbola kemudian menyelamatkan hidup ini. Kita berlari ke Stadion mendukung tim yang kita cintai itu sembari tanpa sadar kita mengonfirmasi bahwa kita sedang kehilangan pegangan kebanggaan pada negeri ini. Kita memuja para lelaki yang di dada kirinya tersemat lambang kesayangan kita sepenuh mati, mau menemani kemana mereka pergi dan siap pula mati karenanya. Sepakbola mengajak kita melupakan kesulitan ekonomi, budaya dan identitas kita dengan sempurna sembari tanpa sadar membuat kita memindahkan kekerasan dan keculasan politik ke ranah Sepakbola.
“Sepakbola adalah refleksi sebuah bangsa!” ujar Franz Beckenbauer yang sangat terus membekas di hati ini.
Terus saya ulang jika saya harus berkisah tentang bagaimana besarnya Sepakbola dan betapa brengseknya negeri ini serta permainan yang tetap saja kita cintai itu. Kecintaan luar biasa dahsyat yang kadang mencapai level tak masuk akal. “Gue tahu negara gue gak akan lolos ke Piala Dunia sampai gue mati, tapi gue akan terus datang ke Stadion untuk dukung negara gue,” tulis seseorang yang saya lupa siapa di akun twitternya.
“Jika Sepakbola mau maju, maka ia harus menjadi industri, kami melakukannya dan pengorbanannya luar biasa,” desah Antony di sela-sela birnya sebelum sebuah partai tim nasional kita melawan Bahrain di Senayan 2007. Saya tersenyum kecut sembari berpikir kapan kita akan bisa melakukannya. Situasi negeri terlalu keparat untuk bisa membuat politisi berhenti memikirkan segala gagasan utopis itu dan mulai berpikir untuk merapikan Sepakbola kita dan menjadikannya sebagai alat efektif untuk membuat negeri ini bangga dan bahagia.
Saya percaya Sepakbola mampu melakukannya dan saat itulah kekerasan akan berhenti dengan sendirinya, lewat revolusi sistem dan mekanisme bukan lewat kudeta seorang ketua.
Ditulis oleh Andibachtiar Yusuf, seorang Filmaker & Football Reverend